Kalau lo termasuk anak tongkrongan era 2000-an akhir sampe awal 2010-an, pasti gak asing sama band satu ini: Last Child. Band yang ngebawa slot nuansa emo-pop dan lirik-lirik galau penuh luka batin ini punya fanbase loyal yang gak main-main. Tapi buat yang udah lama gak ngikutin, yuk kita nostalgia balik ke masa di mana Ceper masih duduk di posisi drum, dan Last Child masih tampil polosan tapi penuh energi.
Masa Emas Saat Formasi Awal Masih Lengkap
Last Child dibentuk di Jakarta sekitar tahun 2006, dan waktu itu mereka masih jauh dari kata mainstream. Justru itulah yang bikin mereka disayang—band ini terasa real, ngangkat kisah patah hati remaja, dan liriknya relatable banget. Nah, nama Ceper mulai dikenal waktu dia ngejaga ritme sebagai drummer. Karakter permainan drumnya khas, bikin tiap lagu Last Child terasa lebih ‘nendang’.
Baca juga: Gak Cuma Lagu Galau, Last Child Pernah Bikin Lagu Buat Pemberontak!
Buat yang penasaran, ini dia profil singkat para personil Last Child saat Ceper masih jadi drummer—zaman di mana musik mereka masih dibentuk dari garasi, bukan dari label-label besar:
-
Virgoun Putra Tambunan – Vokal & Gitar
-
Wajahnya sering dikira galak, padahal hatinya sendu.
-
Penulis lirik-lirik galau legendaris kayak “Diary Depresiku” sampe “Pedih”.
-
Vokal khas dan skill menulisnya jadi nyawa utama Last Child waktu itu.
-
-
Ceper – Drum
-
Nama aslinya Dimas Pradipta.
-
Jadi drummer yang ngebentuk sound awal Last Child yang cadas tapi tetap emosional.
-
Punya gaya main yang enerjik, terutama di lagu-lagu tempo cepat kayak “Teringat Apa Yang Kau Berikan”.
-
-
Ipank – Bass
-
Pegang rhythm yang kokoh, bikin pondasi lagu-lagu Last Child tetap stabil walau liriknya ngacak-ngacak hati.
-
Sering jadi penengah di antara dua kutub: Ceper yang enerjik dan Virgoun yang melankolis.
-
-
Yodi – Gitar
-
Gitaris yang suka main di layer harmonisasi.
-
Gaya mainnya kalem tapi efektif banget buat ngangkat emosi lagu.
-
Waktu itu, mereka tampil di panggung kecil, gigs bawah tanah, sampe event SMA dan kampus. Tapi justru dari situ mereka ngebentuk identitas dan kedekatan sama fans. Musik mereka bukan cuma buat dinikmati, tapi jadi pelarian emosional buat anak-anak muda yang lagi ngalamin galau cinta pertama, konflik keluarga, atau sekadar butuh tempat curhat dalam bentuk lagu.
Last Child versi Ceper mungkin udah jadi kenangan, tapi kenangan itu yang bikin band ini punya tempat spesial di hati banyak orang. Zaman itu, tiap lagu mereka kerasa jujur, berani, dan gak takut keliatan rapuh. Dan justru dari sanalah kekuatan mereka lahir.